Akhiran dalam Cakep Malayu
Hari ini ayuh kita membahas akhiran dalam Cakep Malayu.
1. -an
mengubah kata kerja menjadi kata benda. Kata benda yang
dihasilkan adalah hasil dari pekerjaan tersebut atau sesuatu yang akan
diperlakukan dengan pekerjaan tersebut.
basuh → basuhan (benda yang dibasuh)
iris → irisan (benda hasil pengirisan)
pakay → pakayan (benda yang dipakay)
basah → basahan (benda yang dibasahkan)
lulus → lulusan (orang yang diluluskan)
tuha → tuhaan (orang yang dituakan)
akhiran -an dapat dipadukan dengan
imbuhnn paN-, par-, dan ka-.
2. -i
Dipakai untuk mengubah kata kerja intransitif dan kata
benda menjadi kata kerja transitif. Kata kerja intransitif
adalah kata kerja yang tidak memerlukan adanya objek jika dipakai secara
langsung. Salah satu contoh kata kerja intransitif dalam Cakep adalah “dateŋ“.
aku dateŋ diia. (salah)
aku datang dia.
pada contoh ayat di atas, “aku” adalah subjek, “dateŋ” adalah kata kerja, dan “diia” adalah
objek. Di sini kita dapat melihat bahwa kata “dateŋ” dan “diia” tidak
dapat dipadukan begitu saja. Untuk memperbaiki ayat di atas, maka kata “dateŋ” perlu ditambahi
hujung -i.
aku dateŋi diia. (benar)
Pada ayat di atas kita memahami bahwa penambahan
hujung -i pada kata “dateŋ” membuat ayat tersebut
jadi memiliki makna.
Contoh lagi:
Aku selimut diia. (salah)
Aku selimuti diia. (benar)
ayat di atas salah lantaran “selimut” adalah kata
benda. Untuk mengubah “selimut” menjadi kata kerja transitif, maka ia
perlu ditambahi hujung -i.
Pada penambahan hujung -i, objek pada kalimat
tidak bergerak atau berpindah kedudukan, namun subjeklah yang
bergerak/berpindah kedudukan.
Jika hujung -i ditambahkan pada kata kerja transitif
(kata kerja yang boleh dirangkai secara langsung dengan objek), maka maknanya
pekerjaan tersebut dilakukan secara bertubi-tubi atau berulang-ulang.
Contoh:
Ia tendaŋ dindiŋ.
ayat di atas benar lantaran “tendaŋ”
adalah kata kerja transitif yang dapat dirangkai secara langsung dengan objek “dindiŋ“.
Namun, kata “tendaŋ” juga boleh ditambah hujung -i menjadi:
Ia tendaŋi dindiŋ.
maka ayat tersebut bermakna dinding itu ditendang secara
bertubi-tubi atau berulang-ulang oleh si ia.
3. -kan
Berfungsi untuk mengubah kata kerja intransitif menjadi kata
kerja transitif. Fungsi ini hampir mirip dengan fungsi -i. Yang
melainkan ialah pada pemakaian -i, objek pasif (cenderung diam atau
menunggu) sedangkan pada pemakaian -ken objek secara aktif
digerakkan oleh subjek.
Contoh:
aku dateŋi diia.
aku datangi dia.
bermakna si “aku” menuju ke tempat keberadaan si “diia“.
Sedangkan jika;
aku dateŋken diia.
aku datangkan dia.
bermakna si “aku” membawa (menggerakkan) si “diia”
ke suatu tempat sehingga ia “dateŋ” ke tempat itu.
Jika hujung -ken diberikan pada kata benda
atau kata sifat, maka bermakna membuat objek menjadi/seperti menjadi atau
memiliki benda/sifat tersebut. Contoh;
Dayu putihken kulit-ɲa.
Pamerintah rumahken ge-gelandaŋan.
Jika hujung –ken dipakai untuk kata kerja
transitif, maka bermakna pekerjaan tersebut dilakukan untuk orang lain.
Contoh:
Daini masakken nasi.
(bermakna si Daini memasak nasi untuk orang lain, atau untuk
dirinya sendiri dan orang lain)
Laku tiŋukken uraŋ di luar.
(bermakna si Laku menengok orang di luar dan melakukannya
untuk orang lain)
Akhiran -i dan -kan dapat
dipadukan dengan imbuhan maN-, nai-, tar-,
dan bar-.
Dalam Cakep, jika akhiran bunyi kan menyertai kata kerja
transitif dan pekerjaan tersebut bukan dilakukan untuk orang lain (ertinya si
subjek melakukan hal itu ke objek untuk dirinya sendiri). maka penulisannya
harus dipisah dan diberi tanda ‘ sebelum kata “ken“.
Contoh:
IPA: “aku təʁaɟaŋkan dia.”
Ejaan Cakep: “aku tirajaŋ ‘ken ia.“
Hal ini kerana pada kes seperti ini, bunyi kan dianggap
sebagai suatu kata mandiri dan adalah bentuk singkat dari kata “aken“.
Fungsi ‘ken pada kes ini adalah untuk menekankan perbuatan yang
dilakukan secara mendalam kepada objek.
Terima kasih telah membaca, hendaklah engkau sihat selalu.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan