Bahasa Melayu Standar dan Bahasa Indonesia, Sebegitu Berbezakah?

​Bila membahas bahasa Melayu Standar yang dipakai di Malaysia, Brunei, dan Singapura dengan Bahasa Indonesia, tentu erat kaitannya dengan kesultanan Johor-Riau yang pecah menjadi kesultanan Johor dan Riau-Lingga. Namun kali ini kita tidak akan membahas sisi sejarah secara mendalam, melainkan hanya mengenai perbedaan antara dua bentuk standar bahasa Melayu yang disebut bahasa Melayu dan bahasa Indonesia.

 

Banyak yang bertanya, apakah penutur bahasa Indonesia dapat mengerti bahasa Melayu, dan sebaliknya?

 

Pertanyaan ini tentu sangat relatif terhadap kepada siapa pertanyaan ini ditujukan. Jika kepada orang Indonesia yang berada di daerah yang jauh dari Malaysia, tentu kepahaman mereka terhadap bahasa Melayu semakin menurun. Namun, jika kepada suku-suku asli Melayu yang mendiami daerah pantai timur Sumatera, Kepulauan Riau atau pesisir barat Kalimantan, tentu mereka dapat sangat memahami bahasa Melayu dan Indonesia hampir secara bersamaan tanpa mengalami kebingungan yang berarti.

Perbedaan mendasar dalam bahasa Melayu dan Indonesia adalah ejaan, pengucapan, dan pilihan kata (diksi).

 

1. Ejaan


Perbedaan ejaan biasanya terjadi pada kata-kata serapan dari bahasa asing. Hal ini terjadi karena saat kata-kata tersebut berusaha dinaturalisasi ke lidah Melayu, terdapat perbedaan tergantung kepada siapa yang menstandarisasinya. Contoh:


bahasa Indonesia vs bahasa Melayu (asal kata)

arti vs erti (Sansekerta)

bahwa vs bahawa (Sansekerta)

karena vs kerana (Sansekerta)

jawab vs jawap (Arab)

beda vs beza (Arab)

Inggris vs Inggeris (nama negara)

Jepang vs Jepun (nama negara)


Perbedaan ejaan juga terjadi pada perkataan asli Melayu yang mengandung bunyi o/u atau i/e. Hal ini karena penutur bahasa Melayu pada dasarnya tidak sesnsitif terhadap perbedaan bunyi o/u dan juga i/é. Namun saat distandarisasi, maka ejaan ditentukan berdasarkan pengucapan sang penstandarnya.


bahasa Melayu vs bahasa Indonesia

ubat vs obat

keropok vs kerupuk

adun vs adon

titis vs tétés

risik vs résék

témpaŋ vs timpang

séngét vs singit


Dalam Cakep, kata-kata di atas dieja secara konsisten dengan u dan i mengikuti fonologi proto Malayik.


2. Pilihan Kata


Pada dasarnya, hampir semua perkataan yang ada dalam KBBI (kamus besar bahasa Indonesia) juga ada di dalam KD. Namun, untuk kata dengan makna yang sama atau hampir sama, terkadang kata yang satu lebih sering dipakai dalam bahasa Indonesia daripada kata lain yang bermakna mirip. Begitu pula sebaliknya, terkadang justru kata lain itu yang sering dipakai di bahasa Melayu.


contoh:

 

bahasa Melayu vs bahasa Indonesia vs English

kuasa/kawal vs kendali vs control

perlu vs butuh vs need/have to

boleh vs bisa vs can/may

dan sebagainya.


3. Pengucapan


Perbedaan pengucapan yang paling kontras adalah huruf a pada akhir suatu kata diucapkan ə dalam bahasa Melayu. Sementara itu, dalam bahasa Indonesia cara membacanya tetap a. Selain itu, bunyi o dalam bahasa Indonesia cenderung dibunyikan denga o terbuka (ɔ) sedangkan dalam bahasa Melayu cenderung mengucapkannya sebagai o tertutup (o̞). Contoh kata orang dalam pengucapan standar bahasa Indonesia adalah ɔraŋ sedangkan dalam bahasa Melayu adalah o̞raŋ.


4. Pengaruh Bahasa Asing


Setelah terpisahnya Indonesia dan Malaysia, maka kedua bahasa di negara ini pun berkembang secara sendiri-sendiri. Bahasa Indonesia lebih dipengaruhi bahasa Belanda sedangkan bahasa Melayu lebih dipengaruhi oleh bahasa Inggris. Karena itu kata serapan Eropa dalam bahasa Indonesia memakai akhiran -itas (dari Belanda -iteit) sedangkan dalam bahasa Melayu memakai akhiran -iti (dari Inggris -ity). Contoh universitas vs universiti, komunitas vs komuniti, komoditas vs komoditi dan sebagainya.


Selain itu, bahasa Melayu lebih suka memakai kata serapan dari bahasa Arab, sedangkan bahasa Indonesia cukup jarang memakai kosa kata Arab kecuali pada konteks keagamaan. Contoh kata hujah, tadbir, wujud, lebih umum dipakai dalam bahasa Melayu, sedangkan jarang dipakai dalam bahasa Indonesia (kebanyakan hanya pada teks agama).


Baiklah sekian dulu pembahasan dari kami. Terima kasih telah membaca. Hendaklah engkau sehat selalu.

Tiada ulasan:

Dikuasakan oleh Blogger.