False Claim Tentang kata Serapan dalam Bahasa Melayu

Singkatan dalam artikel ini;

PAn: proto Austronesia

PMP: proto Melayu-Polinesia


Diakui, bahasa Melayu moden memang banyak menyerap perkataan asing. Namun, terkadang dakwaan bahwa kata-kata tertentu berasal dari perkataan asing boleh jadi salah. Beberapa kata yang didakwa berasal dari perkataan asing namun kemudian terbukti adalah perkataan asli Melayu di antaranya: ampun, pisau, sama, amin, sida, pada, pinang dan lain-lain.


Sehingga, saat ada dakwaan suatu kata berasal dari bahasa asing, kami akan meninjau ulang terlebih dahulu.

Bagaimana membuktikan bahawa suatu perkataan bukan serapan dari bahasa asing?

Dalam ilmu bahasa, suatu kata dari bahasa-bahasa manusia yang berbeda terkadang memiliki bunyi yang mirip dan memiliki makna yang mirip pula, atau bahkan bermakna sama. Ada tiga kemungkinan jika hal ini terjadi, yaitu;


1. Kedua bahasa itu memiliki hubungan genetik dan berasal dari moyang bersama. Contoh antara bahasa Inggeris dan bahasa Jerman. Dalam English, api adalah “fire” dan dalam German adalah “feuer”. Kedua perkataan ini diturunkan dari bahasa moyang bersama proto-Jermanik yaitu *fūr. Untuk memastikan bahawa dua bahasa memang mempunyai hubungan genetik, maka harus ada banyak kata yang serumpun (memiliki bunyi sama/mirip dan makna yang sama/mirip pula), biasanya ratusan hingga ribuan kata serta memiliki pergeseran bunyi yang cukup teratur. Perkataan yang serumpun tersebut juga haruslah perkataan yang umum, terkait kegiatan sehari-hari, nama haiwan/tumbuhan umum tempatan, atau nama benda-benda alam umum.


2. Terjadi peminjaman, peminjaman ini dapat terjadi dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain, atau kedua bahasa itu meminjam dari bahasa asing lain yang sama, sehingga mereka mempunyai perkataan yang berbunyi dan bermakna mirip. Contoh, kata sabar dalam bahasa Melayu dan s̥abur (صبور) dalam bahasa Arab. Kata ini bukan berasal dari moyang bersama antara bahasa Melayu dan bahasa Arab melainkan kerana bahasa Melayu meminjam perkataan dari bahasa Arab. Contoh lain kata rasa dalam bahasa Melayu dan råså dalam bahasa Jawa. Kata ini bukan diturunkan dari moyang bersama antara Melayu dan Jawa, melainkan Melayu dan Jawa sama-sama meminjam dari kata bahasa Sanskrit rasa (रस).


3. Kebetulan semata. Meskipun dalam ilmu genetika (biologi) semua manusia di dunia ini berasal dari moyang yang sama, namun dalam ilmu bahasa tidak semua bahasa di dunia ini berasal dari moyang yang sama. Kerana, tampaknya beberapa bahasa-bahasa manusia berkembang secara sendiri-sendiri (independent) dan tak menampakkan keterkaitan yang nyata. Dalam ilmu bahasa, istilah “bahasa yang memiliki hubungan genetik“ ditujukan pada bahasa yang terbukti berasal dari moyang bersama dengan cara membandingkan kosakata sehari-hari antar bahasa tersebut, menganilisis pergeseran bunyi/makna yang terjadi dan sebagainya. Jika suatu kata dari dua bahasa yang tidak memiliki hubungan genetik memiliki bunyi yang sama/mirip serta makna yang sama/mirip pula, dan terbukti bahawa kata tersebut adalah kata asli dari masing-masing bahasa (bukanlah hasil serap-menyerap), maka hal ini dianggap sebagai kebetulan semata. Contoh, kata dua dalam bahasa Melayu dan dve (द्वे) dalam bahasa Sanskrit. Kemiripan ini bukan kerana bahasa Melayu menyerap dari bahasa Sanskrit melainkan keduanya berasal dari akar kata yang berbeda, namun akhirnya menghasilkan bunyi yang mirip. Kata dua dalam bahasa Melayu berasal dari PAn *dusa, sedangkan kata dve dalam bahasa Sanskrit berasal dari proto Indo-European *duwo. Kemiripan dua (Mly) dan dve (Skt) hanyalah kebetulan.


Baiklah, sekarang kita tahu apa kemungkinan yang terjadi apabila ada suatu kata yang mirip antara bahasa Melayu dengan bahasa asing lain. Hal itu boleh jadi kerana bahasa Melayu mempunyai hubungan genetik dengan bahasa tersebut, menyerap perkataan asing, atau hanyalah kebetulan semata. Jika hal itu kerana hubungan genetik atau kebetulan, maka tidak menjadi masalah bagi Cakep Malayu. Namun, jika itu disebabkan kerana penyerapan maka tentu menjadi perhatian bagi kami kerana Cakep berusaha memurnikan bahasa Melayu!


Lalu bagaimana membuktikan bahawa suatu kata adalah tulen Melayu apabila ada dakwaan bahawa kata itu merupakan serapan asing semata-mata hanya berdasarkan kemiripan bunyi? Dalam kes demikian maka kami akan meninjau ulang dan boleh jadi justru perkataan itu adalah tulen Melayu. Untuk memberikan bukti ketulenan kata tersebut, kami akan memakai metod berikut;


1. Membantah kata serapan yang berasal dari Sanskrit, Tamil, Prakit dan Indic lainnya.


Untuk membantah kata serapan dari bahasa-bahasa Indic, maka kata tersebut harus memiliki rumpunan (cognate) dengan bahasa-bahasa Austronesia lain yang tidak terpengaruh oleh budaya Hindu-Buddha dan/atau Melayu. Misalnya, seperti bahasa-bahasa di kepulauan Pasifik.


Contoh, kata sama dalam bahasa Melayu awalnya dianggap serapan dari bahasa Sanskrit sama सम. Namun, terbukti bahawa sama adalah tulen Melayu kerana adanya rumpunan kata dari bahasa-bahasa di Kepulauan Pasifik, seperti bahasa ‘Āreāre tama dan bahasa Lau dama (Blust dan Trussel, 2021). Moyang bersama antara Melayu dan penduduk Pasifik terpisah jauh sebelum budaya India masuk ke Asia Tenggara, sehingga dapat dipastikan kata sama telah ada sebelum orang Melayu mengalami kontak dengan orang India. Maka dakwaan bahawa kata sama berasal dari bahasa Sanskrit terbantahkan dan dakwaan semacam ini kami sebut dengan false claim atau dakwaan palsu.


Dakwaan palsu lain dan pembatahannya;


Kata pada didakwa dari Sanskrit pàda (पाद) kaki (Veda, 2019). Hal ini tampak sekali salah dan memaksakan, lantaran pertama artinya yang jauh berbeza dan kedua kata pada terakam dalam bahasa Austronesia lain yang bersinonim dengan sama. Ini juga menjelaskan mengapa kata pada dan sama dalam bahasa Melayu dapat dipakai bergantian.

Contoh:

Barang yang ada padanya.

Barang yang ada sama dia.


Kata ucap didakwa dari Sanskrit uvaca “berkata” (Veda, 2019). Hal ini tampak sekali adalah dakwaan palsu. Pertama kata uvaca sama sekali tidak ada terakam dalam kamus Sanskrit manapun (sanskritdictionary.com, 2021; learnsanskrit.cc, 2021; dan wisdomlib.org, 2021). Kedua, metatesis yang tidak lazim. Seharusnya, jika memang ucap berasal dari uvaca, bentuk Melayunya adalah upaca. Contoh kata Tamil uvacara (उवचर) yang diserap ke dalam bahasa Melayu menjadi upacara bukan ucapara. Selain itu, pencarian kami lebih mendalam menunjukkan Tamil uvacara terkait dengan Sanskrit upacar. Kami kemudian menganggap boleh jadi uvaca yang dimaksud oleh Veda 2019 adalah bentuk Tamil dari Sanskrit upaca. Namun, ketika kami cek kata upaca dalam Sanskrit, justru artinya adalah bergerak ke mari dan ke atas/fluktuasi. Sehingga jelas tidak ada kaitannya dengan berkata. Blust dan Trussel (2021) berpendapat bahwa ucap adalah kata Melayu yang lalu diserap ke bahasa Nusantara lainnya. Kami berpendapat ucap adalah tulen Melayu dengan akar bunyi -cap (terkait dengan liur, mulut, menempel, basah, cairan) yang berasal dari tiruan bunyi “cap-cap” itu sendiri. Contoh kêcap “gerakan mulut membuka mengatup, merasai dengan lidah”, kècap “bualan, cakap kosong”, lecap “basah, lencun” dan sebagainya.


Kata sida didakwa dari Sanskrit siddha सिद्ध kumpulan dewa-dewi, cakap atau terampil (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2021). Namun kata ini memiliki rumpunan dengan bahasa Austronesia lain yang tidak mengalami kontak dengan budaya India, sehingga menunjukkan bahwa kata ini adalah tulen Melayu.


Kata barat didakwa dari Sanskrit bharata भरत kerana merujuk tanah India tempat para Bharata yang berada di barat tanah Melayu. Hal ini telah terbantahkan dengan adanya rumpunan dari bahasa Austronesia lain macam Amis safalat “angin selatan” Tiruray barat “musim hujan” , Kaepara yabara “angin barat laut” yang membuktikan kata ini berasal dari PAn *SabaRat (Blust dan Trussel, 2021) dengan makna angin yang berasal dari arah tertentu.


2. Membantah kata serapan yang berasal dari Arab, Persia, dan Timur Tengah lainnya


Untuk membantah kata serapan dari bahasa-bahasa Timur Tengah, maka kata tersebut harus memiliki rumpunan dengan bahasa-bahasa Austronesia lain yang tidak terpengaruh oleh budaya Islam, Timur Tengah dan/atau Melayu. Misalnya, seperti bahasa-bahasa di Taiwan dan kepulauan Pasifik.


Membantah perkataan serapan dari Timur Tengah lebih mudah daripada Sanskrit, kerana sebelum budaya Islam masuk, orang Nusantara telah mengenal sistem tulisan yang masuk dari India sebelumnya dan perkataan dari bahasa-bahasa Nusantara sebelum masuknya budaya Islam cukup terdokumen dengan baik. Jadi, selain dari rumpunan kata dari bahasa Austronesia yang tak terpengaruh budaya Islam dan/atau Melayu, bukti untuk membantah perkataan serapan dari Timur Tengah juga boleh datang dari bahasa-bahasa kuno Nusantara lainnya seperti Melayu kuno dan Jawa kuno.


Contoh, kata ampun dalam bahasa Melayu, yang didakwa oleh seseparuh orang adalah serapan dari Arab ‘afwun/‘afwan (عفوا) (Pustamun, 2017). Namun, kata ampun telah terekam dalam bahasa Jawa kuno (Blust dan Trussel, 2021), yang tentu telah ada sebelum budaya Timur Tengah masuk ke Nusantara. Hal ini pula membuktikan bahawa kata ampun telah ada dalam budaya Melayu sebelum masuknya Islam kerana bahasa Jawa dan Melayu berbagi moyang yang sama. Maka dakwaan bahawa kata ini berasal dari Arab sejauh ini terbukti keliru.


Contoh dakwaan palsu dan pembantahannya;


amin didakwa dari bahasa Arab amyn (آمين), namun terbukti kata ini terdapat dalam bahasa-bahasa Taiwan, Bunun amin (semua), Paiwan amin (selesai, habis) sehingga kata ini berasal dari PAn *amin (semua, selesai) (Blust dan Trussel, 2021) yang bererti adalah tulen Melayu. Namun untuk kata amin yang dipakai untuk menghujungi doa, ia memang ialah serapan dari Arab.


3. Membantah kata serapan yang berasal dari Mandarin, Hokkien, dan Chinese lainnya


Ada dua cara membantah dakwaan suatu kata adalah serapan dari bahasa-bahasa Cina. Pertama adanya rumpunan kata dari bahasa-bahasa Austronesia yang tidak terpengaruh budaya Cina. Kedua, meninjau apakah perkataan itu dipakai oleh populasi suku Cina di daratan utama Cina atau tidak.


Terkadang, perkataan Melayu yang mirip perkataan rumpun bahasa Cina (Sinitik) semena-mena didakwa adalah serapan dari bahasa Sinitik. Namun, ternyata bahkan boleh jadi justru sebaliknya, yaitu bahasa Sinitik tersebut yang menyerap dari bahasa Melayu. Contoh yang terjadi pada bahasa Hokkien di Asia Tenggara.


Penduduk Hokkien dan Melayu telah lama bergaul satu sama lain, dan terkadang justru penduduk Hokkien yang tinggal di wilayah Melayu yang menyerap perkataan Melayu ke bahasa mereka. Contoh, kata pinang yang didakwa adalah serapan dari bahasa Hokkien. Namun kerana pemakaian pinang tidaklah umum dalam budaya Chinese dan Hokkien di Cina daratan yang tidak terpengaruh budaya Melayu dan justru mereka tidak terlalu mengenal pinang, maka disimpulkan yang terjadi justru kata pinang diserap dari bahasa Melayu ke bahasa Hokkien.


Contoh dakwaan palsu dan pembantahannya;


pisau didakwa dari bahasa Hokkien bǐshǒu (匕首), namun terbukti rumpunan kata ini terdapat dalam bahasa-bahasa Pasifik, bahasa Tabar viso (buluh), bahasa Bola viso (pisau) sehingga kata ini berasal dari PMP *pisaw (Blust dan Trussel, 2021) yang bererti tulen Melayu. Selain itu, kata bǐshǒu juga tidak dikenal oleh masyarakat Hokkien di luar alam Melayu. Hal ini dapat dicek di kamus Chinese Hokkien bahawa kata bǐshǒu tidak ada (de Leon, 2021) yang membuktikan bahawa kata ini bukanlah kata asli Hokkien, melainkan serapan dari bahasa Melayu ke bahasa Hokkien.


4. Membantah kata serapan yang berasal dari bahasa Portugis, Inggeris, Belanda, dan Eropah lainnya


Beberapa perkataan bahasa Melayu memang ada yang mirip dengan bunyi dari perkataan bahasa-bahasa Eropah, dan bahkan memiliki erti yang sama/mirip pula. Contoh kata basuh dengan wash (Ing), kampung dengan camp (Ing), dan sebagainya. Namun tidak serta merta kata tersebut adalah serapan dari bahasa asing tersebut. Untuk meneliti apakah kata tersebut memang suatu serapan atau mirip kerana kebetulan semata, cara paling mudah adalah dengan melihat apakah kata tersebut memiliki atau tidak rumpunan kata dengan bahasa-bahasa Austronesia lain yang tidak terpengaruh oleh budaya Barat dan/atau Melayu moden. Untuk kata basuh dan kampung, terbukti terdapat rumpunan kata dari bahasa Austronesia lain dan keduanya masing-masing berasal dari PAn *basuq dan proto Melayu-Polinesia *kampuŋ (Blust dan Trussel, 2021).


5. Membantah kata serapan yang berasal dari bahasa Jawa, Batak, atau Austronesia non-Melayik lainnya


Memang agak susah membedakan antara kata tulen Melayu dengan kata yang diserap dari bahasa Austronesia lainnya kerana bahasa Melayu berbagi moyang bersama dengan bahasa-bahasa tersebut. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan menganilisis geseran bunyi dan geseran makna yang terjadi.


Kata yang memiliki diagnostik fonem (bunyi yang mengalami pergeseran dari moyang bersama) dapat dianalisis sehingga dapat ditentukan apakah itu kata serapan atau tidak. Contoh kata pedoman yang jelas adalah serapan dari bahasa Jawa. Kata dom dalam bahasa Jawa serumpun dengan kata jarum dalam bahasa Melayu. Kata ini diturunkan dari moyang bersama proto-Austronesia *zaRum (Blust dan Trussel, 2021). Hal ini terlihat jelas kerana kata jarum mengandung diagnostik fonem z dan R. Dalam bahasa Melayu, *z dari PAn bergeser menjadi *ɟ dan dalam bahasa Jawa bergeser menjadi *d. Begitu pula bunyi *R dari PAn dipertahankan dalam bahasa Melayu dalam bentuk *R atau menjadi *r sedangkan dalam bahasa Jawa bunyi ini hilang.


Namun bagaimana jika suatu perkataan tidak mengandung diagnostik fonem?


Contoh kata aku, yang ada dalam bahasa Melayu maupun bahasa Jawa. Kata ini berasal dari PMP *aku. Bahasa Melayu dan Jawa sama-sama menpertahankan bunyi *k dari PAn. Kerana itu, kata aku dapat ditentukan sebagai kata asli dari kedua bahasa tersebut yang diturunkan dari moyang bersama.


Hal ini sama seperti kata elang yang diklaim berasal dari bahasa Jawa. Namun kerana ketiadaan diagnostik fonem, maka tidak ada bukti kuat bahawa kata elang berasal dari bahasa Jawa sehingga dapat dianggap sebagai kata tulen Melayu.


Jika analisis fonem tidak dapat dilakukan, cara lain yang dapat dilakukan untuk menentukan suatu kata adalah tulen Melayu atau serapan dari Austronesia lain adalah dengan analisis geseran semantik (makna).

Baik, itulah pembahasan kita hari ini. Hendaklah engkau sihat selalu. 🌺


Referensi


Blust, R. dan Trussel, S. Austronesian Comparative Dictionary. https://www.trussel2.com/acd/ (diakaes 10 Jan 2021).


de Leon, N. English-Hokkien Dictionary. http://niawdeleon.com/hokkien-dictionary/ (diakses 10 Jan 2021).


Hiemstra, G. Wisdom Library. https://www.wisdomlib.org/ (diakses 10 Jan 2021).


Kamus Besar Bahasa Indonesia. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/sida (diakses 10 Jan 20

21), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.


Learn Sanskrit. https://www.learnsanskrit.cc/ (diakses 10 Jan 2021).


Pustamun. Afwan, Maaf, dan Ampun | Arti Akar Kata dan Penejelasannya dalam Bahasa Indonesia. http://pustamun.blogspot.com/2017/05/afwan-maaf-dan-ampun-arti-akar-kata-dan.html?m=1 (diakses 10 Jan 2021), dipublikasi 11 Mei 2017.


Sanskrit Dictionary. https://sanskritdictionary.com/ (diakses 10 Jan 2021).

 

Tiada ulasan:

Dikuasakan oleh Blogger.