Imbuhan dalam Cakep Malayu

Bagaimana kabar anda? hendaklah sehat selalu ya. Kali ini kita akan membahas imbuhan dalam Cakep Malayu. Ayuh!

1. MaN-

Dipakai sebelum kata kerja untuk menyatakan pekerjaan aktif yang dilakukan pada waktu tertentu (bukan kebenaran umum alam). Imbuhan ini tidak terkait dengan waktu (bukan padanan bentuk continous tenses dalam bahasa Inggris). Artinya, maN– dapat dipakai untuk menyatakan pekerjaan yang aktif dilakukan pada masa lalu, kini, maupun depan.

Contoh:

aku maɲapu halaman.

ia mambasuh kayan.

Putih mamakan nasi.

Jajar maŋlaban biruaŋ.

aturan perubahan bunyi nasal (N) pada imbuhan maN- adalah:

Jika kata dasar berawalan huruf hidup atau /k/, maka N adalah /ŋ/. Huruf /k/ menyatu dengan /ŋ/ (keruk maŋeruk, kukut maŋukut, asah maŋasah, urut maŋurut, dll)

Jika kata dasar berawalan h, maka N adalah ŋ dan /h/ tetap ditulis (hijaw maŋhijaw, hitem maŋhitem, harep maŋharep, hatur maŋhatur, dll). Namun, huruf h disenyapkan (tidak dibaca)

Jika kata dasar berawalan t maka N adalah n dan t menyatu dengan n (tatar manatar, tinggi maniŋgi, dll)

Jika kata dasar berawalan p, maka N adalah m dan p menyatu dengan m (pardua mamardua, pinta maminta, dll)

Jika kata dasar berawalan c, maka N adalah ɲ dan c tetap ditulis (cerep maɲcerep, cekam maɲcekam, dll)

Jika kata dasar berawalan /g/, maka N adalah /ŋ/ dan /g/ tetap ditulis (gambar maŋgambar, guluŋ maŋguluŋ, dll). Bunyi g boleh disenyapkan (opsional).

Jika kata dasar berawalan /d/, maka N adalah /n/ dan /d/ tetap ditulis (dadaʔ mandadaʔ, daki mandaki, dll). Bunyi d boleh disenyapkan (opsional).

Jika kata dasar berawalan b, maka N adalah /m/ dan /b/ tetap ditulis (baba mambaba, buat mambuat, dll). Bunyi b boleh disenyapkan (opsional).

Jika kata dasar berawalan j, maka N adalah /ɲ/ dan /j/ tetap ditulis (jual maɲjual, jari maɲjari, dll). Bunyi j boleh disenyapkan (opsional).

Jika kata dasar berawalan s, maka N adalah ɲ dan s tidak ditulis (sahut maɲahut, sasar maɲasar, dll).

Jika kata dasar berawalan r atau l, maka N adalah ŋ dan r atau l tetap ditulis (laban maŋlaban, raba maŋraba, dll). Namun justru ŋ yang disenyapkan.

Jika kata dasar berawalan m, maka N adalah m dan m dari kata dasar tidak ditulis (makan mamakan, minum maminum, dll).

Jika kata dasar berawalan n, maka N adalah n dan n dari kata dasar tidak ditulis (nanti mananti, dll).

kata-kata berimbuhan maN– dapat disingkat menjadi ‘N-. Namun, penyingkatan untuk kata yang berawalan /r/ atau /l/ kurang lazim.

Contoh:

maŋasah ŋasah, maŋhijaw ŋhijaw, manatar natar, mamukul mukul, maɲcerep ɲcerep, maŋguluŋ ŋguluŋ, mandapet ndapet,  mambaba mbaba, manyahut ɲahut, mamakan makan, manati nanti, dll.

2. Bar-

– mengubah kata benda menjadi kata kerja

ia barjalan di tepi parit. (dia berjalan di tepi parit)

kagemar-ɲa tu barlintariŋ. (hobinya adalah berinternet.)

– menyatakan kepunyaan atau sifat yang dimiliki suatu benda

emaʔ-ɲa barambut paɲjaŋ.

ayuʔ-ɲa barkain mairah.

geniri tu barliŋkar hitem.

– menyatakan banyaknya sesuatu

sida pargi bartelu.

ada barlambun bintaŋ di laŋit.

pukuʔ ni elah hidup barratus tahun.

– menyatakan bentuk aktif untuk kata-kata kerja yang lazimnya dilakukan bersama orang lain (meski pada saat itu pekerjaannya dilakukan sendiri, namun lazimnya dilakukan bersama-sama orang lain)

aku barcakep.

kau barjumpa duaan diaku.

kami barlibur ka Pekan Baheru.

ia barseneŋ ria.

3. PaN-

-Dipakai sebelum kata kerja maupun kata benda. Imbuhan yang menyatakan pelaku atau penyebab (imbuhan kausatif). Aturan perubahan bunyi N sama dengan pada imbuhan maN-.

Contoh:

basuh pambasuh (benda yang membasuh)

jual paɲjual (orang yang menjual)

ajar paŋajar (orang yang mengajar)

lebur paŋlebur (benda yang meleburkan sesuatu)

panas pamanas (benda yang memanaskan)

– jika mengawali kata sifat, maka menyatakan seseorang yang memiliki sifat tersebut atau mudah berlaku demikian.

lupa paŋlupa (orang yang mudah lupa)

sedih paɲedih (orang yang mudah sedih)

siŋguŋ paɲiŋguŋ (orang yang mudah tersinggung)

4. Pu-

Menyatakan profesi atau orang yang memiliki keahlian pada bidang tertentu. Dalam Bahasa, imbuhan ini setara dengan pe-. Namun, dalam Bahasa tidak ada konsistensi antara peN- dan pe-. Dalam Cakep, paN- dan pu- diterapkan secara konsisten. Contoh, dalam Bahasa kata penari dipakai untuk orang yang menari maupun yang berprofesi sebagai penari. Dalam Cakep, panari adalah orang yang menarikan suatu tarian, sedangkan putari adalah orang yang berprofesi sebagai penari.

Contoh:

kebun pukebun (orang yang berkebun)

kaaajibanua pukaajibanua (geologis)

tahu putahu (alim, orang yang berpengetahuan)

lukis pulukis (orang yang ahli melukis)

patuŋ pupatuŋ (orang yang ahli membuat patung)

5. Par-

– menyatakan kata benda yang memiliki makna yang diturunkan dari suatu kata, namun bukan benda hasil dari suatu perbuatan (kontras dengan akhiran –an).

baba parbaba (gen, sesuatu yang dibawa oleh anak dari orangtuanya)

empat parempat (catur, sesuatu yang terbagi menjadi kotak-kotak segi empat)

tanda partanda (pertanda, sesuatu yang memberi tanda)

lamin parlamin (pelamin, tempat suami istri bersanding, turunan dari kata lamin, tempat suami istri berkasih sayang)

ajar parajar (pelajar, orang yang bertanggung jawap untuk belajar)

utus parutus (rasul, orang yang bertanggung jawab sebagai utusan)

– jika mengawali kata sifat, bermakna membuat sifat tersebut berlaku pada suatu benda.

besar parbesar

ia parbesar rumah-ɲa.

tinggi partiŋgi

pamarintah partiŋgi aŋgaran tanair.

gemuk pargemuk

pubiak pargemuk sa-sapi-ɲa.

– dipakai untuk mengimbuhi kata kerja yang dilakukan untuk memperburuk atau memperbaiki seseorang/sesuatu/keadaan.

taɲa partaɲa, tegiŋ partegiŋ, dll.

– jika mengimbuhi angka, maka bermakna dibagi dengan.

dua pardua, ratus parratus, telu partelu, dll

6. Ka-

menyatakan perluasan makna dari kata benda. Lazimnya untuk benda-benda yang tidak memilki wujud fisik (bersifat intuitif atau hanya ada dalam pemikiran)

bener kabener (hak)

juɲjuŋ kajuɲjuŋ (martabat)

laku kalaku (budi)

ulih kaulih (izin)

bayaŋ kabayaŋ (halusinasi)

lamin kalamin (kelamin, sistem pembagian manusia atau makhluk hidup kepada jantan dan betina)

7. Tar-

-Menyatakan ketidaksengajaan atau sesuatu yang tidak dinginkan terjadi, namun terjadi

aku tarmakan nasi basi. (aku termakan nasi basi.)

ia tarcampak dari tandupa. (ia terjatuh dari sepeda motor.)

aku tarteral ‘mbuat ɲa. (aku terpaksa melakukannya.)

Pak Muk Kahampar tarsanduŋ calit turus. (Pak Muk Kahampar tersandung kasus hukum.)

-menyatakan yang paling

Ini dah berkas tarpentiŋ.

ia dah parajar tarpinter di geladak.

Andaŋ dah budak tarramah di RT 1.

8. Sa-

– jika mengimbuhi kata benda, angka, atau kata kerja, maka bermakna satu.

puluh  sapuluh, ratus saratus, pardua sapardua, jalan  sajalan, gaway sagaway, dll.

– jika mengimbuhi kata sifat, bermakna secara

cepet sacepet (secara cepat)

laŋsuŋ salaŋsuŋ (secara laŋsuŋ)

9. SaN-

– Menyatakan kata benda yang memiliki sifat seperti sesuatu. Aturan perubahan bunyi N sama seperti pada maN-.

belah sambelah (kromosom, benda yang sifatnya seperti membelah)

benang sambenaŋ (kromatin, benda yang sifatnya seperti benang)

kentut  saŋentut (Paederia foetida, tumbuhan yang bau daunnya seperti kentut)

kejut saŋejut (Mimosa pudica, tumbuhan yang menutup daunnya ketika disentuh seakan-akan terkejut)

10. Nai-

Nai- dipakai untuk mengubah kata kerja menjadi bentuk pasif. Artinya, subjek ayat adalah yang diberi perlakukan. Hal ini sama seperti di- dalam Melayu standar. Meskipun dieja nai-, namun cara bacanya tetap “di”.

Contoh;

Gulir naitendaŋ Intan.

Hayam naimasak emaʔ.

Air naituhaŋ ka cakuŋ.

11. Di–

Di– dipakai sebagai penanda objek pada ayat yang berpola VOS dan VSO. Pola VOS dalam Cakep dipakai untuk menyatakan kegiatan yang sedang dilakukan. VSO dipakai untuk kegiatan yang dilakukan dari dulu, kini, hingga kemungkinan masa depan. Baca lebih lanjut tentang susunan ayat dalam Cakep di sini! (artikel menyusul)

Di- pada dasarnya tidak dibaca dan hanya berfungsi untuk memberi tahu nada bicara saat membacanya, yaitu untuk membezakan antara objek dan subjek.

Contoh;

Aku makan nasi. (pola SVO, tidak perlu ada di– sebelum objek)

Aku mamakan nasi. (pola SVO, tidak perlu ada di– sebelum objek)

‘makan aku di-nasi. (pola VSO, perlu ada di– sebelum objek)

makan di-nasi aku. (pola VOS, perlu ada di– sebelum objek)

Ingat! di– pada ayat di atas tidak dibaca dan hanya penanda nada bicara untuk membedakan subjek (aku) dan objek (nasi).

terima kasih sudah membaca, hendaklah engkau sihat selalu.

Tiada ulasan:

Dikuasakan oleh Blogger.