Kecenderungan Perubahan Kata Ganti dalam Bahasa-bahasa Malayik: Contoh dan Alasannya
Kata ganti orang (pronoun)
adalah kata yang dimiliki oleh semua bahasa manusia. Secara umum, kata ganti
merujuk pada diri sendiri, lawan bicara, dan orang lain yang dibicarakan, baik
tunggal maupun jamak. Dalam proto Malayik, kata ganti orang adalah aku, eŋkau,
ia, kami, kita, kamu, dan siida. Namun, dalam bahasa modern, pronoun ini hilang,
mengalami pergeseran makna, atau digantikan oleh kata lain.
Kehilangan
kata ganti ini tidak hanya terjadi pada bahasa Melayu standar, namun bahkan
dalam bahasa Melayik lain justru kasusnya semakin menjadi-jadi. Dalam bahasa
Melayu standar contohnya kata aku, eŋkau, ia, kamu, kita, kami masih bertahan.
Namun dalam bahasa Malayik lainnya hampir lenyap.
1.
Bahasa Minangkabau
Dalam bahasa Minang, kata aku dapat dikatakan telah lenyap dan dianggap “tidak terdengar” Minang oleh seseparuh penutur Minang. Orang Minang lebih familiar dengan kata ambo, adɛn, atau dɛnay. Kemungkinan alasannya adalah karena “aku” dianggap terlalu kasar atau pun terlalu kuno. Akhirnya, kata ini digantikan dengan ambo (dari Sansekerta हम्बा hambā, “suara sapi”), adɛn (dari PM *adan “nama”), atau dɛnay (kemungkinan dari adɛn + eksklamasi hay).
Untuk
Kata kau,
dalam Minang telah mengalami spesifikasi. Beberapa dialek Minang telah
mengkhususkan kata kau untuk
perempuan sedangkan waʔang untuk
laki-laki. Spesialiasi ini tampak terjadi akibat pengaruh Sansekerta atau Arab
yang memiliki kasus gender, karena pada dasarnya bahasa Malayik tidak mengenal
kasus gender seperti ini. kata kau dan waʔang pun
hanya dipakai kepada orang yang sebaya atau lebih muda. Kata waʔang tampak
berasal dari singkatan gabungan awak
urang.
Kata
yang dianggap lebih halus dari kau dan waʔang adalah sanak (dibaca
sanaʔ) atau awak (dibaca
awaʔ). Kedua kata ini berasal dari PM *sa anak (satu anak, anak yang berasal
dari satu asal, saudara) dan *awak (diri, tubuh). Penggantian ini jelas karena
kata kau dianggap
terlalu langsung dan kurang sopan.
Kata ia dalam
Minang adalah inyo yang
berasal dari variasi kata Malayik ianya (ia ɲa).
Kemungkinan kata ia turun
ke Minang sebagai kata io,
namun digantikan dengan inyo karena
kata io terdengar
mirip dengan iyo “iya”
yang adalah serapan dari Belanda ja (dibaca ya),
sehingga penambahan bunyi “nyo”
menjadi pembeda antara kedua kata ini. Hal ini sama seperti penutur bahasa
Johor-Riau yang lebih suka memakai kata dia daripada ia,
karena kemiripan kata ia dengan iya.
Kata kamu dan sida dalam
Minang hilang seperti variasi bahasa Melayu lainnya, sedangkan kita dan kami masih
bertahan.
2.
Bahasa Dayak Iban
Meski
bahasa Dayak Iban dianggap lebih arkaik dari bahasa Malayik lainnya, namun
kenyataannya bahasa ini pun telah mengalami pergantian kata ganti.
Kata engkau digantikan
dengan nuan. Nuan adalah
bentuk naturalisasi pengucapan Iban dari kata tuan (PM
*tuan).
Tampak penggantian ini bertujuan untuk penghalusan.
Kata aku, kami, ia (iya),
dan sida masih bertahan dalam bahasa Iban tanpa pergeseran
makna.
Namun,
dalam bahasa Iban makna “kita” bergeser menjadi kalian. Perubahan ini dapat
dijelaskan sebagai bentuk penghalusan. Kata kamu untuk menunjuk lawan bicara
dianggap kasar karena maknanya yang tertuju secara khusus dan langsung ke para lawan bicara
sehingga digantikan dengan kata kita yang mencakup pembicara
(diri sendiri) dan lawan bicara.
Pergeseran
makna kita menjadi kalian dalam bahasa Iban diiringi dengan
penambahan akhiran -i menjadi kitai untuk
menghindari kerancuan makna.
3.
Bahasa Melayu Standar
Dalam
bahasa Melayu standar, semua kata ganti dari PM terekam dan lestari. Namun,
beberapa bentuk kata ganti tersebut dianggap kasar dan digantikan dengan
perkataan lain sebagai berikut.
Aku
dihaluslan menjadi (1) saya (Snkrt) sinonim dari budak dan (2) hamba (perkataan Sansekerta yang arti sesungguhnya adalah suara sapi).
Kau/engkau
dihaluskan menjadi (1) kamu, yang sebenarnya adalah bentuk jamak. (2) anda,
dianggap bentuk lebih halus (etimologi belum jelas). (3) awak, lebih umum
dipakai di Malaysia lebih yang arti sebenarnya adalah tubuh/diri yang
berasal dari Proto Austronesia *sawak “pinggaŋ”.
Ia jarang
dipakai dan tergantikan dengan bentuk objektif dia.
Kami dan kita masih
lestari.
Kamu
bergeser makna menjadi bentuk tunggal yang lebih halus dari kau/engkau,
sedangkan kata ganti orang kedua jamak digantikan dengan kalian yang
berasal dari frasa kamu sekalian.
Sida digantikan
dengan mereka.
4.
Bahasa Melayu Johor dan Sekitaran Semenanjung
Hilangnya
atau pergantian kata ganti untuk bahasa Melayu Johor dan sekitaran semenanjung
pada dasarnya sama dengan Melayu Standar, kecuali ia mengalami kehilangan kata
kami yang digantikan dengan kita orang atau disingkat kitorang. Selain itu,
kata sida atau mereka dalam Melayu Standar juga lebih sering digantikan dengan
dia orang atau diorang atau dorang.
Dalam
percakapan sehari-hari, terutama di kota-kota besar, orang semenanjung juga
cenderung mengganti kata 'aku' dengan serapan Inggris I (ay) begitu pula 'kau' digantikan dengan you (yu).
5.
Bahasa Betawi
Bahasa
Betawi paling banyak kehilangan kata ganti di antara Malayik yang lain, berikut
rangkumannya;
'aku' digantikan dengan Hokkien gua/gue dan Arab ana/ane
'kau/engkau' digantikan dengan Hokkien lo/lu/elo/elu dan Arab ente/antum
'ia' digantiken bentuk objektif die
'kami; hilang digantikan denga 'kita', sehingga tidak ada pembeda antara kata ganti
jamak tunggal eksklusif (tidak termasuk lawan bicara) dan inklusif (termasuk lawan bicara).
'kita' masih lestari
'sida' digantikan dengan kata Melayu Standar mereka atau orang-orang entu.
6.
Bahasa Melayu Jambi dan Sekitarnya
Perubahan
kata ganti pada bahasa Melayu Jambi hampir mirip dengan bahasa Melayu Standar,
kecuali beberapa hal berikut;
'aku' dihaluskan menjadi 'kami', yang sebenarnya adalah kata ganti jamak orang pertama.
'kau/engkau' dihaluskan menjadi 'awak', sama seperti kasus di Malaysia.
'ia' digantikan dengan bentuk objektif dio atau dioʔ.
'kami; tetap lestari, sehingga dalam bahasa Melayu Jambi 'kami' dapat bermakna halus orang pertama tunggal ataupun jamak.
'kita' tetap
lestari sebagai kito.
'kamu' tetap lestari sebagai makna jamak orang kedua.
'sida; digantikan dengan orang tu.
Itulah tadi pembahasan perubahan kata ganti orang pada beberapa bahasa-bahasa Malayik.
Terima
kasih telah membaca, hendaklah engkau sehat selalu.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan